Lima Fase Kepemimpinan Umat Islam


Adanya seorang pemimpin merupakan fitrah manusia di muka bumi. Pemimpin memiliki wewenang untuk mengatur jalannya hukum yang berlaku di tengah warganya. Maka dari itu, baik atau buruk suatu bangsa sebagian besar tergantung dari pemimpinnya, bisakah ia memimpin dengan bijak atau justru sebaliknya.

Begitu juga dengan Islam, menetapkan adanya pemimpin bagi umat muslim merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Adanya pemimpin bagi umat muslim bertujuan untuk menyatukan umat agar tidak terpecah belah dengan menimbulkan suatu perselisihan antara satu sama lain. Adanya pemimpin yang adil maupun yang zalim juga pasti ada dalam suatu kepemimpinan islam.

Kemudian kepemimpinan tersebut juga memiliki fasenya tersendiri. Rasulullah SAW pernah menyampaikan melalui sabdanya tentang adanya fase kepemimpinan dalam Islam,

عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ، عَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا اللَّهُ تَعَالَى، ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا اللَّهُ تَعَالَى، ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا، فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا اللَّهُ تَعَالَى، ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً، فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا اللَّهُ تَعَالَى، ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ نُبُوَّةٍ "، ثُمَّ سَكَتَ رواه أحمد

Dari Nu’man bin Basyar dari Hudzaifah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Kalian akan dipimpin kenabian sesuai adanya kehendak dari Allah, kemudian Allah Ta’ala mengangkatnya. Kemudian kalian akan dipimpin oleh khalifah dengan manhaj kenabian, sesuai dengan adanya kehendak dari Allah, kemudian Allah mengangkatnya. Kemudian kalian akan dipimpin oleh raja penggigit sesuai adanya kehendak dari Allah, kemudian Allah Ta’ala mengangkatnya. Kemudian kalian akan dipimpin oleh raja pemaksa sesuai adanya kehendak dari Allah, kemudian Allah Ta’ala mengangkatnya. Kemudian kalian akan dipimpin oleh khalifah dengan manhaj kenabian.” Kemudian Beliau SAW terdiam. (HR. Ahmad)

Baca juga: Hukum Transaksi Kredit Barang

Hadis tersebut menunjukkan suatu bukti pertanda adanya ketetapan yang akan terjadi, yang mana umat muslim akan melaluinya bersama. Mungkin tanpa disadari hal tersebut bisa kita rasakan saat ini.[1]  Selain itu, hadis ini juga termasuk salah satu pertanda kiamat yang harus diyakini keberadaannya.

Adapun perincian lima fase kepemimpinan Islam menurut hadis riwayat Ahmad tersebut sebagai berikut:[2]

1. Kenabian

Pada fase ini Nabi dan Rasul sendiri yang memimpin umatnya dengan menjalankan hukum Allah menuju jalan yang diridai Allah SWT. Dimulai dari Nabi Adam AS hingga Nabi terakhir; Nabi Muhammad SAW.

Ketetapan hukum pada fase ini sudah tidak diragukan lagi kebenarannya, sebab apa yang dibawa oleh para utusan berdasarkan wahyu dari Allah SWT. Jika muncul suatu permasalahan yang menimpa umat muslim, mereka langsung bertanya kepada Rasulullah SAW. Ini merupakan anjuran dari Allah SWT yang disampaikan melalui firman-Nya yang berbunyi,

مَّن يُطِعِ ٱلرَّسُولَ ‌فَقَدۡ ‌أَطَاعَ ‌ٱللَّهَۖ وَمَن تَوَلَّىٰ فَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ عَلَيۡهِمۡ حَفِيظًا

“Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS. An-Nisa: 80)

Baca juga: Dasar Hukum Tawasul Al-Fatihah untuk Orang yang Sudah Meninggal

Umat muslim pada masa ini rida dengan segala keputusan yang ditetapkan berdasarkan hukum Allah melalui rasul-Nya. Sebab apa yang diturunkan dari Allah merupakan hukum mutlak untuk kebaikan kelangsungan hidup manusia.[3]

Sungguh beruntunglah mereka termasuk dalam golongan yang hidup di fase ini. Karena Allah SWT langsung yang memberikan solusi hukum yang tepat baginya melalui wahyu Rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT,

‌وَمَن ‌يُطِعِ ‌ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُوْلَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّـۧنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَۚ وَحَسُنَ أُوْلَٰٓئِكَ رَفِيقٗا

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, orang-orang yang benar, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa: 69)

Mereka berada pada sebaik-baiknya masa. Sebagaimana sabda baginda Nabi SAW,

خَيْرُكُمْ ‌قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ رواه البخاري

“Sebaik-baiknya masa adalah masaku, kemudian berlanjut setelahnya kemudian berlanjut setelahnya.” (HR. Bukhari)

Fase ini berakhir setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, kemudian dilanjutkan khalifah beliau dari kalangan sahabatnya yang diridai.

Baca juga: Titik Perbedaan Antara Lomba dan Judi

2. Khalifah A’laa dengan Manhaj Kenabian

Fase ini didasari oleh hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ جُمْهَانَ، حَدَّثَنِي سَفِينَةُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْخِلَافَةُ فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ سَنَةً، ثُمَّ مُلْكًا بَعْدَ ذَلِكَ

Telah bercerita kepada kami Said bin Jumhan, telah bercerita kepadaku Safinah, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda, ‘Khilafah pada umatku tiga puluh tahun, kemudian setelah itu kerajaan.’”

Kemudian sahabat yang dijuluki Safinah ini melanjutkan riwayat tersebut dengan mengatakan,

أَمْسِكْ خِلَافَةَ أَبِي بَكْرٍ، وَخِلَافَةَ عُمَرَ، وَخِلَافَةَ عُثْمَانَ، وَأَمْسِكْ خِلَافَةَ عَلِيٍّ

“Berpegang tegulah pada Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar, Khalifah Utsman, serta berpegang tegulah pada Khalifah Ali.”

Benar saja setelah wafatnya Rasulullah SAW para sahabat yang disebutkan dalam riwayat tersebut menjadi pengganti Beliau dalam memimpin umat muslim.[4]  Diawali oleh Khalifah Abu Bakar As-Siddiq, Khalifah Umar bin Khattab, Khalifah Utsman bin Affan, dan ditutup dengan kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Talib RA.

Baca juga: Jika Urusan Agama Diserahkan Bukan kepada Ahlinya Maka Tunggulah ...

Di masa ini umat Islam mengalami prestasi kejayaan Islam yang luar biasa. Di bawah kepemimpinan mereka, umat Islam berhasil menaklukkan dua kerajaan adidaya persia dan sebagian wilayah romawi. Dari sinilah, Islam tersebar ke berbagai belahan dunia. Dengan membawa misi melaksanakan hukum syariat yang telah sempurna dari Rasulullah SAW.

Namun pada di akhir masa kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan umat Islam mengalami gejolak. Umat Islam di Mesir melakukan pemberontakan yang didalangi oleh provokasi abdullah bin saba yang menyebabkan terbunuhnya Khalifah Utsman di tangan pemberontak.

Kasus pembunuhan Utsman bin Affan terus berlanjut hingga masa Ali bin Abi Talib dibaiat sebagai khalifah. Muawiyah bin Abi Sufyan sebagai gubernur Syam dari masa kekhalifahan Utsman tidak mau membaiat Ali bin Abi Talib sebelum ia mengusut tuntas kasus pembunuhan Utsman bin Affan. Perpecahan umat Islam terus melebar hingga terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Talib di tangan Abdurrahman bin Muljam dari golongan khawarij. Namun sebelumnya ia telah mengangkat putranya Hasan bin Ali sebagai penggantinya dalam memimpin kekhalifahan.

Baca juga: Masjid Ar-Rahman Blitar, Miniatur Masjid Nabawi

3. Kerajaan Penggigit

Pada fase ini ditandai dengan penyerahan kepemimpinan dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abi Sufyan. Keputusan ini dilakukan sebab Hasan bin Ali menginginkan umat Islam bersatu. Peristiwa ini disebut juga tahun persatuan sebab kepemimpinan umat Islam dipasrahkan kepada satu kepemimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan.

Kejadian ini sekaligus menjadi bukti perpindahan fase khalifah kepada fase kerajaan. Diawali dari kerajaan yang didirikannya kerajaan Umayah oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dan diakhiri oleh kerajaan Utsmani di Turki. Sebelum fase kerajaan Islam berakhir, banyak kerajaan-kerajaan Islam berdiri berdasarkan hukum Allah di antaranya seperti kerajaan Abbasiah, Mamluk, Mughal, Saljuk, dan masih banyak lagi.

Di era ini mereka disebut kerajaan penggigit sebab di antara kerajaan Islam yang satu dengan yang lainnya saling mengigit satu sama lain. Seperti pertikaian antara kerajaan Abbasiah dan Umayah serta masih banyak lagi kerajaan-kerajaan Islam yang lain. Di masa ini pula kejayaan Islam silih berganti dari berbagai wilayah, dimulai dari dinasti Umayah di Syam, dinasti Abbasiah di Irak, dinasti Mamluk di Mesir, dinasti Mughal di India, terakhir dinasti Utsmani di Turki.

Baca juga: Batas-batas Toleransi Antar Umat dalam Islam

Fase ini berakhir ditandai dengan runtuhnya kerajaan Utsmani yang dipimpin Sultan Mehmed VI oleh kelompok sekuler Turki pada tahun 1924. Serta sebelumnya sebagian besar wilayahnya di Timur Tengah dikuasai oleh negara-negara barat pada perang dunia pertama. Kekalahan tersebut dilatar belakangi kurangnya kesiapan Sultan Mehmed VI dalam menghadapi perang berskala besar.

4. Kerajaan Pemaksa (Diktator)

Pada fase ini banyak umat Islam yang terpengaruh oleh hukum-hukum barat. Sebab sebelumnya mereka berhasil memenangkan berbagai pertempuran dan menguasai sebagian besar wilayah dunia termasuk wilayah yang banyak dihuni umat Islam. Mereka unggul dalam bidang teknologi, militer, dan ekonomi.

Meskipun pada akhirnya kekuasaan barat dikembalikan kepada penduduk asli yang sebelumnya mereka jajah, termasuk di dalamnya negara-negara dengan mayoritas penduduknya muslim. Akan tetapi tetap pengaruh mereka ke negara-negara bekas jajahannya tidak hilang. Mereka mempengaruhi hukum politik, gaya hidup, teknologi, bahkan pola pikir umat Islam tentang agama.

Baca juga: Alasan Mengapa Air Liur Anjing Najis dalam Islam

Pada fase ini juga banyak umat muslim yang tidak menjalankan hukum syariat dengan sempurna, bahkan ada juga yang menolaknya. Sehingga keadilan dalam penegakan hukum tidak berjalan dengan baik. Sehingga bisa dikatakan pada fase ini lebih buruk daripada fase-fase sebelumnya. Hal ini mencocoki dengan salah satu riwayat dari sahabat Nuaim bin Hamad dari Abu Ubaidah bin Jarah RA yang berbunyi,

أَوَّلُ هذهِ الأُمَّة نُبُوَّةٌ ورحمةٌ ثم خلافَةٌ ورَحمةٌ ثُمَّ مُلكٌ عَاضٌّ وَفِيهِ رَحْمَةٌ ثُمَّ جَبَرُوتٌ صَلْعَاءُ لَيْسَ لِأَحَدٍ فِيهَا مُنْغَلَقٌ يُضْرَبُ فِيهَا الرِّقَابُ ويُقْطَعُ فِيهَا الْأَيْدِى والأَرْجُلُ وَيُؤْخَذُ فِيهَا الْأَمْوَالُ

“Permulaan umat ini dipimpin oleh kenabian yang dirahmati, kemudian khalifah yang dirahmati, kemudian kerajaan penggigit yang dirahmati, kemudian pemimpin pemaksa yang banyak kebotakan, tidak ada satupun di antara mereka yang melakukan hukuman potong leher, memotong tangan dan kaki, dan di masa itu harta-harta diambil.”[5]

Syaikh Majdi Al-Hilali berkata, “sekaranglah masa di mana fase kerajaan pemaksa berkuasa.”[6]  Banyak di antara pemimpin-pemimpin di negara yang mayoritas penduduknya muslim bertindak semena-mena. Menimbulkan ketidakpuasan umat Islam menerima kebijakan-kebijakan mereka yang otoriter dan memeras umat Islam dengan adanya pajak yang tinggi.

Baca juga: Apakah Suami yang Meninggalkan Istri Wajib Menafkahi?

Maka dari itu, banyak dari kalangan umat muslim yang mencoba menentang mereka dengan melakukan protes besar-besaran kepada pemimpinnya. Dimulai dari Tunisia kemudian merembet ke negara-negara Islam yang lainnya. Hingga ada sebagian dari negara tersebut yang mengalami konflik peperangan yang berkepanjangan berusaha menggulingkan kekuasaan pemimpinnya.

5. Khalifah Al-A’laa dengan Manhaj Kenabian

Pada fase ini umat Islam kembali kepada hukum Allah berdasarkan manhaj kenabian di bawah kepemimpinan Imam Al-Mahdi Al-Muntazar dan Nabi Isa AS. Namun sebelum itu terjadi, mereka mengalami masa-masa sulit menghadapi fitnah dajjal laknatullah dan bala tentaranya. Ini termasuk salah satu tanda-tanda kiamat yang paling agung.

Kepemimpinan Imam Al-Mahdi ini merupakan kejayaan Islam setelah umat Islam terpuruk selama bertahun-tahun. Turunnya Nabi Isa AS dan kepemimpinan Al-Mahdi mengemban amanah yang disebutkan dalam hadis yang berbunyi,

رَوَاهُ أَبُو هُرَيرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمْ اِبْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلًا، فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلَ الخِنْزِيرَ وَيَضَعَ الجِزْيَةَ وَيَفِيضَ المَالُ حَتَّى لَا يَقْبَلَهُ أَحَدٌ، حَتَّى تَكُونَ السَّجْدَةُ الوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا رواه البخاري

Diceritakan dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Demi diriku yang berada digenggaman-Nya, telah dekat masanya (Isa) putra Maryam akan turun membawa hukum yang adil, ia akan menghancurkan salib, memberantas babi, dan menghapus jizyah (pajak). Sehinggah banyak harta yang melimpah. Sampai-sampai tidak ada seorang pun yang mau mengambilnya lagi, sampai-sampai sekali sujud lebih baik daripada dunia seisinya” (HR. Bukhari)

Baca juga: Arti Takdir Muallaq dan Mubram

Pada masa ini kepemimpinan khalifah Al-Mahdi mencakup seluruh dunia. Menebarkan rahmat keadilan ke seluruh penjuru dunia sesuai dengan manhaj kenabian sebagaimana dahulu generasi ulama salaf menganut manhaj tersebut.[7]

Wallahu a’lam




[1] Syaikh Said Hawwa (1409 H), Al-Asas fis-Sunnah wa Fiqhiha, (Halab: Darus-Salam), jld 2 hlm 960-961.

[2] Syaikh Ali bin Muhammad Al-Qari (1014 H), Maraqatul-Mafatih Syarh Misykatul-Mashabih, (Beirut: Darul-Fikr), jld 8 hlm 3375-3376.

[3] Lajnah Ulama Al-Azhar, Al-Mutakhab fii Tafsiril-Qur’anil-Karim, (Mesir: Majlis Al-A’laa lisy-Syu’un Al-Islamiah), hlm 527.

[4] Imam Ahmad bin Hambal (241 H), Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal, (Muassisah Ar-Risalah), jld 36 hlm 256.

[5] Imam Suyuthi (911 H), Jam’ul-Jawami’, (Cairo: Jumhuriah Misr Al-Arabiah), jld 3 hlm 269.

[6] Syaikh Majdi Al-Hilali, ‘Audatur-Ruh wa Yaqdhatul-Iman, (Dar As-Siraj), hlm 22.

[7] Syaikh Muhammad bin Ahmad Al-Muqadam, Fiqih Isyratus-Sa’ah, (Ad-Dar Al-Alamiah), hlm 345-349.

Posting Komentar untuk "Lima Fase Kepemimpinan Umat Islam"