Khutbah Jumat: Cinta Tanah Air dengan Beramal Saleh

Dengan adanya momentum kemerdekaan ini merupakan waktu yang sangat tepat untuk meningkatkan rasa cinta terhadap tanah air. Serta membina generasi muda untuk meningkatkan kemajuan akhlak bangsa sehingga mampu menjadi negeri yang maju. Berikut teks khutbah Jumat tentang “Cinta Tanah Air dengan Amal Saleh.”

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمَ أَمَّا بَعْدٌ: فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِينَ ... اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hadirin jamaah salat Jumat rahimakumullah

Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya takwa dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya guna terhindar dari api neraka.

Baca juga: Dasar Hukum Tawasul Al-Fatihah untuk Orang yang Sudah Meninggal

Di hari yang berbahagia ini marilah kita sejenak merenungi perjuangan bangsa kita dalam merebut kemerdekaan dari tangan kekuasaan bangsa asing. Merenungi pendahulu-pendahulu kita para ulama amilin dan para syuhada yang rela mengorbankan harta dan jiwanya demi kita anak cucu mereka.

Hal tersebut tak lain dan tak bukan didasari dengan keimanan dan ketulusan dalam berjuang membela negerinya. Karena tanpa didasari hal tersebut kemerdekaan dan kebahagiaan yang kini kita rasakan mungkin tidak akan terwujud.[1]

Hadirin jamaah Jumat yang berbahagia

Pengorbanan dan cinta untuk tanah air merupakan fitrah bagi setiap individu manusia. Meskipun kaki beranjak pergi jauh meninggalkan tanah air, maka hati tetap berkaitan dengan tempat dilahirkan dan tempat dibesarkan. Maka sudah sewajarnya jika kita menginginkan hal yang terbaik untuk negeri, ingin unggul dalam segala bidang dari bangsa lain, dan kesadaran hati untuk menjaga keutuhan bangsa.[2]

Baca juga: Apa Perbedaan Antara Lomba dan Judi?

Bahkan Nabi Muhammad SAW dengan predikat makhluk paling sempurna juga memiliki rasa cinta dengan negerinya Makkah al-Mukarromah. Di dalam salah satu riwayat diceritakan dari Yahya bin Salam berkata, “suatu ketika Rasulullah SAW berada di Juhfah saat di perjalanan dari Makkah menuju Madinah beliau ditanya oleh malaikat Jibril AS “apakah engkau rindu dengan tempat engkau dilahirkan wahai Muhammad?” Beliau menjawab, “iya.” kemudian Allah SWT menurunkan ayat,

‌إِنَّ ‌ٱلَّذِي ‌فَرَضَ ‌عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لَرَآدُّكَ إِلَىٰ مَعَادٖۚ قُل رَّبِّيٓ أَعۡلَمُ مَن جَآءَ بِٱلۡهُدَىٰ وَمَنۡ هُوَ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ

Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan engkau (Muhammad) untuk (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur’an, benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali (Makkah). Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Ankabut: 85)

Turunnya ayat ini menjadi suatu kepastian akan janji Allah SWT mengembalikan Rasulullah SAW ke Makkah untuk membebaskannya. Dalam artian terbebas dari kemusyrikan dan kekufuran yang menjadi penyebab kerusakan akhlak manusia. Memperbaiki akhlak bangsanya serta menjadi pertanda kejayaan Islam di masa itu.

Baca juga: Apakah Nasihat Harus Menyertakan Dalil Al-Qur'an atau Hadis?

Hadirin jamaah Jum’at yang dirahmati oleh Allah

Dalam riwayat yang lain Nabi Muhammad SAW sering menyebutkan “negeri... negeri...” yang menunjukkan kerinduan Rasulullah SAW terhadap negerinya. Ini merupakan wujud sempurnanya iman Beliau, sebagaimana dalam salah satu hadis yang berbunyi,

حُبُّ الْوَطَنَ مِنَ الْإِيمَانِ

"Cinta tanah air sebagian dari iman."[3]

Sebagian ulama menegaskan tentang hadis tersebut, “hendaknya bagi orang yang memiliki iman yang sempurna membangun bangsanya dengan amal saleh serta memperbanyak menjalankannya.”[4] Selain sebagai penguat iman, cinta dan rindu terhadap tanah airnya juga merupakan pertanda bagi orang yang baik perilakunya. Hal tersebut juga menjadi tolok ukur kebaikan suatu bangsa bukan dengan keunggulan teknologi maupun ekonominya.[5]

Hendaknya permasalahan akhlak bangsa perlu dijadikan hal penting yang harus diutamakan. Sebab hal itu merupakan kunci dari kejayaan suatu bangsa. Dahulu kita melihat betapa besarnya kekuasaan wilayah kerajaan persia dan dahulu kita juga melihat betapa besarnya wilayah kekuasaan romawi. Tapi semua itu lenyap dalam kurun waktu puluhan tahun di tangan umat Islam dengan didasari kesabaran dan keimanan yang mereka tanamkan di dalam hatinya padahal jumlah mereka sangat sedikit. Sebagaimana yang digambarkan dalam firman Allah SWT,

ٱلۡـَٔـٰنَ خَفَّفَ ٱللَّهُ عَنكُمۡ وَعَلِمَ أَنَّ فِیكُمۡ ضَعۡفًا فَإِن یَكُن مِّنكُم مِّا۟ئَةٌ صَابِرَةٌ یَغۡلِبُوا۟ مِا۟ئَتَیۡنِۚ وَإِن یَكُن مِّنكُمۡ أَلۡفٌ یَغۡلِبُوۤا۟ أَلۡفَیۡنِ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِینَ

"Sekarang Allah telah meringankan kamu karena Dia mengetahui bahwa ada kelemahan padamu. Maka jika di antara kamu ada seratus orang yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus (orang musuh); dan jika di antara kamu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Anfal: 66)

Baca juga: Jika Urusan Agama Diserahkan Bukan kepada Ahlinya Maka Tunggulah ...

Hadirin jamaah salat Jumat Hafidakumullah

Marilah kita wujudkan bangsa yang berbudi pekerti luhur dengan didasari iman yang kuat guna menggapai rida Allah SWT. Mendakwakan pentingnya akhlakul-karimah di tengah masyarakat serta menyiapkan generasi muda kita sebagai wujud cinta tanah air. Karena bangsa yang rusak akhlaknya lebih buruk daripada kemiskinan yang melanda suatu bangsa.

Alhamdulillah bangsa kita ini dinobatkan dengan populasi muslim terbanyak di dunia. Itu semua merupakan hal yang patut kita syukuri.

Kemudian dengan adanya iman yang kita sandang dalam hati, rasanya tidak pantas apabila kita direndahkan oleh orang yang tidak beriman. Sungguh tidak pantas orang yang tidak beriman, rusak perilakunya, dan sangat cinta dengan harta dunia merendahkan orang yang beriman. Sebab Islam itu tinggi dan bermartabat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

‌الْإِسْلَامُ ‌يَعْلُوا وَلَا يُعْلَى

“Islam itu tinggi bukan ditinggikan.”

Maka sudah seharusnya bangsa kita lebih unggul dari bangsa lain dalam segala bidang.

Umat-umat Islam terdahulu telah membuktikan kejayaannya dengan pondasi iman dan amal saleh. Menjadikan bangsanya sebagai bangsa yang terdepan dan berjaya di masanya. Pemerintahan Nabi Muhammad SAW dengan peristiwa Fathu Makkahnya, pemerintahan Khulafaur Rasyidin dengan menaklukkan dua kerajaan adi daya di masanya, kerajaan Ustmani dengan takluknya Konstantinopel. Tinggal kita yang belum membuktikan kekuatan Iman dan amal saleh tersebut untuk rasa cinta kita terhadap tanah air kita.

Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat kepada tanah air kita ini, terhindar dari segala musibah yang menimpa. Selalu diberi nikmat oleh Allah SWT baik berupa nikmat iman, nikmat rezeki dan nikmat kesejahteraan.

إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلَامِ كَلَامُ اللهِ الْمَلِكِ الْعَلَّامِ وَاللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَقُولُ وَبِقَولِهِ يَهْتَدِي الْمُهْتَدُونَ وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْأَنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَّلَكُمْ تُرْحَمُونَ ...

أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمِنِ الرَّحِيمِ ... إِنَّ ‌ٱلَّذِي ‌فَرَضَ ‌عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لَرَآدُّكَ إِلَىٰ مَعَادٖۚ قُل رَّبِّيٓ أَعۡلَمُ مَن جَآءَ بِٱلۡهُدَىٰ وَمَنۡ هُوَ فِي ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْأَنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمِ أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ فَاسْتَغْفِرُوهُ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمِ.

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ كَمَا أَمَرَ وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَأُذُنٍ بِخَبَرٍ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِينَ ... اَتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَذَرُو الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَحَافِظَوا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمُعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ قُدْسِهِ فَقَالَ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلًا عَلِيمًا. إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتُهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيَّهَا الْذِينَ أَمَنُوا صَلُّوا عَلَيهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمٍَّد وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ اَللَّهُمَّ وَارْضَى عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ اَلَّذِينَ قَضَوا بِالْحَقِّ وَكَانُوا بِهِ يَعْدِلُونَ سَادَاتِنَا أَبِي بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَنْ سَائِرِ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِينَ وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ. اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِينَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّينَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِينَ. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى وَالْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِينَ. اَللَّهُمَّ أَمِنَّا فِي دُورِنَا وَأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا. وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلَايَتَنَا فِيمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرِ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِينَ ... إِنَّ اللهَ يأمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرونَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرِ.




[1] Syaikh Mustofa Al-Gulayaini (1331 H), Idhatun-Nasyiin, (Surabaya: Penerbit Al-Miftah), hlm 74-75

[2] Imam Al-Jahidh (255 H), Ar-Rasail As-Siasiah, (Beirut: Dar wa Maktabah Al-Hilal), hlm 6

[3] Syaikh Abdul Qadir bin Malla Al-Ani (1348 H), Bayanul-Ma’ani, (Damaskus: Matba’ah At-Taraqqi), jld 2 hlm 404

[4] Syaikh Muhammad Ali As-Siddiqi (1057 H), Dalilul-Falihin, (Beirut: Darul-Ma’rifah), jld 1 hlm 37-38

[5] Imam Al-Jahid (255 H), Mahasin wal-Adhudad, (Beirut: Dar wa Maktabah Al-Hilal), hlm 117

2 komentar untuk "Khutbah Jumat: Cinta Tanah Air dengan Beramal Saleh"

  1. Comment Author Avatar
    1. Comment Author Avatar
      Tetap semangat bela bangsa dan negara kakak.

Silahkan masukkan komentar Anda di sini.